Textbook
Dampak Toleransi Kehidupan Muslim Terhadap Perkembangan Agama di Singapura Abad 19-20
Secara historis, Singapura pernah menjadi salah satu pusat Islam
paling penting di Asia Tenggara. Letaknya yang strategis menjadikannya
sebagai pusat komunikasi dakwah Islam dan pusat informasi Islam sejak
periode Kesultanan Malaka hingga masuk abad ke-20. Peran penting dan
hubungan yang bersifat akomodatif berangsur-angsur memudar seiring
dengan semakin kokohnya kekuasaan kolonial yang terus berlangsung
sampai akhirnya Singapura memisahkan diri dari Malaysia dan pada tahun
1965 membentuk negara republik, kemudian muslim Singapura yang
mayoritasnya etnis Melayu menjadi the second class setelah etnis Cina.
Permasalahan pokok yang dibahas dalam penelitian ini adalah
bagaimana sejarah Islamisasi di Singapura dan bagaimana bentuk toleransi
umat Muslim terhadap perkembangan agama di Singapura pada abad 19-20.
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi:
Heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi sehingga dalam penyusunan
skripsi ini peneliti mampu menyajikan bentuk tulisan yang mudah dipahami.
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah Islam masuk ke Singapura
pada abad ke-8, di mana pada abad tersebut para pedagang muslim telah
sampai ke Kanton, Cina dan singgah di pulau-pulau yang telah berpenduduk
di semenanjung tanah Melayu. Kedatangan dan kedudukan Inggris membuat
dampak yang sangat besar bagi perkembangan Singapura selanjutnya,
terutama bagi perjalanan sejarah Islam dalam masyarakat Melayu. Dalam
mewujudkan keharmonian masyaraat di Singapura, pemerintah
memploklamirkan bahwa Singapura adalah Negara Sekuler. Muslim yang
hidup di tengah-tengah masyarakat Sekular dan multikultural, sampai tahap
tertentu nampak mampu beradaptasi dan berintegrasi dengan seluruh lapisan
masyarakat.
227101009 | K SKI-22009 SIT d | Perpustakaan Pusat (Lantai 3) | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain